![]() |
| Muhammad Ari Pratomo |
Hukum: Pilar Peradaban yang Terlupakan
Oleh Muhammad Ari Pratomo – MuhammadAriLaw
Advokat, Penulis, Musisi, dan Podcaster.
Menyuarakan keadilan bagi yang terbungkam — lewat hukum, musik, dan tulisan.
Di balik hiruk-pikuk dunia yang terus berubah, saya selalu menemukan kedamaian dalam satu kata: hukum. Banyak orang menganggapnya rumit, menakutkan, bahkan menjauhinya. Namun, bagi saya, hukum adalah seni berpikir, etika bertindak, dan bahasa keadilan yang paling luhur.
Hukum bukan sekadar pasal-pasal kaku dalam buku tebal yang berdebu. Ia adalah napas dari setiap masyarakat yang ingin bertahan dalam peradaban. Tanpa hukum, kita hanya mengandalkan kekuatan dan kekacauan. Dengan hukum, kita memiliki harapan untuk membela yang lemah, mengingatkan yang kuat, dan menyatukan perbedaan.
Saya sering ditanya: “Mengapa memilih menjadi pengacara?” Jawaban saya sederhana: karena saya percaya hukum bukan hanya untuk mereka yang kuat, tapi justru untuk mereka yang terbungkam suaranya.
Sebagai advokat, saya tidak hanya ingin menang di ruang sidang. Saya ingin membangkitkan kesadaran bahwa memahami hukum bukan hanya urusan sarjana hukum, melainkan hak setiap warga negara. Ketika masyarakat melek hukum, mereka tidak mudah dipermainkan, tidak mudah dikorbankan, dan tidak mudah dibungkam.
Itulah sebabnya saya menulis, berbicara di podcast, menciptakan musik, dan bahkan menuangkan hukum dalam novel—semua dengan satu tujuan: agar hukum lebih mudah dimengerti, lebih dekat, dan lebih terasa manusiawinya.
Jika Anda membaca tulisan ini dan merasa hukum itu membosankan, izinkan saya mengajak Anda melihatnya dari sudut pandang lain: hukum adalah kisah tentang hidup, tentang kehilangan, tentang perjuangan, tentang keadilan yang mungkin tertunda tapi tidak boleh dibiarkan sirna.
Hukum telah mengajarkan saya banyak hal: kesabaran, ketegasan, ketulusan, bahkan kerendahan hati. Dan saya yakin, selama saya masih bisa berbicara dan menulis, saya akan terus menyuarakan hukum sebagai suara keadilan—bukan hanya bagi yang bersuara, tapi terlebih bagi mereka yang tak mampu lagi bersuara.
Mari kita cintai hukum.
Karena di sanalah, nurani dan logika bertemu untuk membela kebenaran.

Komentar
Posting Komentar