Ada hari-hari di mana saya merasa bukan siapa-siapa.
Saya duduk di depan seseorang yang hancur karena kehilangan anaknya. Atau perempuan yang dipaksa bertahan dalam pernikahan tanpa cinta.
Mereka datang ke saya bukan hanya karena saya pengacara. Tapi karena mereka butuh seseorang yang mau mendengar.
Dan di saat seperti itu, saya sadar:
Hukum bisa jadi tajam. Tapi tidak selalu cukup.
Tidak Semua Luka Butuh Pasal
Sebagai advokat, saya diajarkan mencari solusi lewat aturan.
Tapi ada banyak hal yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan surat kuasa.
Ada trauma. Ada luka batin. Ada kelelahan jadi korban yang tidak dianggap.
Dan kadang, yang mereka butuh cuma ini:
duduk bersama orang yang tidak menghakimi.
Di Tengah Sidang, Saya Belajar Jadi Manusia
Saya pernah menang perkara besar. Tapi yang paling saya ingat justru yang kecil.
Seorang ibu buruh cuci yang menang hak asuh setelah bertahun-tahun dipisahkan dari anaknya.
Dia memeluk saya, menangis lama, lalu hanya berkata,
"Terima kasih udah dengerin saya waktu semua orang nyuruh saya nyerah."
Itu bukan kemenangan saya. Itu pelajaran hidup saya.
Musik dan Tulisan, Cara Saya Bertahan
Setelah sidang yang berat, saya pulang. Kadang saya menulis. Kadang saya main gitar.
Bukan untuk hiburan, tapi untuk melepaskan rasa yang tak bisa dibicarakan.
Saya pernah menulis lagu tentang klien saya. Tanpa menyebut nama. Tapi setiap kata lahir dari luka mereka.
Karena saya percaya: setiap orang berhak didengar, bahkan kalau dunia memilih diam.
Untuk Kamu yang Sedang Lelah...
Kalau kamu membaca ini dan merasa dunia tidak berpihak, saya ingin bilang satu hal:
Kamu berharga.
Ceritamu penting.
Dan jika tak ada yang mendengarkanmu hari ini—mungkin lewat tulisan ini, kamu tahu bahwa kamu tidak sendiri.
Salam hangat,
Muhammad Ari Pratomo – MuhammadAriLaw
Pengacara yang kadang merasa kecil, tapi terus belajar mendengarkan.

Komentar
Posting Komentar