![]() |
| Muhammad Ari Pratomo |
Catatan Pribadi Muhammad Ari Pratomo: Di Antara Pasal dan Sunyi
Judul: Menulis dalam Sepi, Bernyanyi dalam Diam
Di balik toga dan meja sidang, ada sepi yang tak pernah ikut bicara.
Aku, Muhammad Ari Pratomo — pengacara yang sudah bertahun-tahun bergelut dengan pasal dan perkara, sering terlihat tegas dan kuat di hadapan klien dan publik. Tapi malam hari, ketika semua beranjak tidur, aku hanya manusia biasa. Tak ada cinta, tak ada pelukan yang menunggu di rumah. Hanya kertas, gitar, dan sunyi.
Setiap kali aku selesai menangani kasus — entah itu perceraian, sengketa, atau bahkan kasus pidana besar — aku selalu merasa seperti membawa energi mereka pulang. Aku pendam semuanya, lalu kubiarkan mengalir ke dalam lagu, puisi, atau naskah hukum yang kutulis.
Menulis dan bermusik bukan lagi hobi. Mereka adalah pelampiasan paling jujur dari hidup yang terus bergerak tanpa jeda emosional.
Aku tak tahu pasti sejak kapan aku berhenti mencintai secara romantis. Mungkin karena terlalu banyak melihat cinta yang hancur di meja pengadilan. Mungkin karena terlalu takut disakiti lagi. Yang pasti, kesendirian sudah jadi teman setia. Bertahun-tahun. Tanpa jeda.
Namun justru dalam kesendirian itu, aku menemukan suara-suara dalam diriku yang ingin bicara. Mereka ingin menyuarakan keadilan dalam bentuk berbeda. Kadang lewat lirik lagu. Kadang lewat puisi sunyi yang kutulis tengah malam. Dan kadang, lewat bab-bab dalam buku yang lahir dari perih dan pengamatan panjang.
Bagi banyak orang, menjadi pengacara adalah soal menang dan kalah. Tapi bagiku, ini tentang menyelamatkan yang tersisa. Dan dalam proses menyelamatkan orang lain, aku berusaha untuk tidak kehilangan diriku sendiri.
Aku mungkin sendiri, tapi aku tidak hampa.
Aku tidak punya cinta, tapi aku masih punya kata.
Aku tidak pulang ke pelukan, tapi aku pulang ke lembaran kosong yang kutulis dengan hati.
Hidupku mungkin tidak seperti film. Tapi aku bertekad, setiap karya yang lahir dariku — entah itu lagu, tulisan, atau advokasi — adalah bentuk cinta yang paling murni, dari seseorang yang diam-diam terus belajar bertahan.
Dan malam ini, aku kembali menulis. Untuk siapa? Mungkin untuk diriku sendiri. Atau mungkin untuk seseorang yang suatu hari akan membaca ini, dan mengerti.
Ditulis oleh:
Muhammad Ari Pratomo
Pengacara | Penulis | Musisi
“Menyuarakan keadilan bagi yang terbungkam — lewat hukum, musik, dan tulisan.”

Komentar
Posting Komentar